Sudah lebih dari 68 tahun Indonesia mendeklarasikan diri sebagai
negara merdeka. Tepatnya, ikrar itu
disampaikan oleh Soekarno (Bung Karno) di hadapan
rakyat pada tgl 17 Agustus 1945 silam. Kemerdekaan ini tidaklah mudah diraih,
selama prosesnya, berkali-kali
Bung Karno ditahan atau bahkan diasingkan. Jika mencoba flash back
perjuangan "Bung Karno" belum selesai, setelah meyakini diri dengan
tekad kuat ingin Indonesia merdeka dan menyusun lobi politis dengan pemimpin
disetiap daerah termasuk dengan para meneer ketika itu. Langkah selanjutnya
yaitu membakar semangat 'perjuangan' segenap rakyat Indonesia disetiap daerah
disertai bumbu-bumbu manis bahwa "Indonesia Bisa Mandiri", dengan
begitu negeri ini akan lebih indah.
Seiring berjalannya waktu, silih berganti pemimpin negeri ini belum
juga mampu menampakkan keindahan Indonesia. Kali ini tolak ukur penulis tentang
keindahan Indonesia itu sendiri ialah sebagai negara "Mandiri". Bisa
dimaklumi memang, kekayaan SDA yang dimiliki Indonesia membuat negeri lain
"silau". Jika diibaratkan harta karun, pembajak laut mana yang tidak
ingin memilikinya. Tak ayal, hal ini yang memancing siapapun (baca; para
pembajak) ingin menguasai Indonesia dengan segala cara. Ada yang mengemasnya
dengan segundel proposal pembangunan, organisasi kemanusiaan, sampai kerjasama
bilateral yang kesemuanya itu guna memuluskan rencana "mengeruk"
pendapatan sebanyak-banyaknya dari Indonesia.
Masa-masa pesta demokrasi kali ini, banyak pihak luar menjadikannya sebagai
"angin segar" berkedok mendukung salah satu pasangan dengan bantuan
dana dsb. Sehingga kelak jika pasangan yang diusung terpilih bisa memuluskan
rencana diatas. Karena sudah menjadi hal lumrah berlakunya politik utang budi.
Sebagai ilustrasi, ketika pasangan yang diusung berhasil menjadi presiden maka
seminimal mungkin akan terjalin kerjasama dalam berbagai bentuk. Mengambil
contoh kerjasama dalam bentuk perizinan misalkan. Perizinan tambang emas PT.
Freeport di Papua sangat-sangat merugikan bangsa, berdalih akan memakmurkan
masyarakat Papua justru kenyataannya masyarakat sekitar perusahaan asal Amerika
itu menderita kemiskinan, menjerit meminta ketenangan dari bisingnya suara
mesin pabrik, meronta karena pembuangan limbah mencemari lingkungan sekitar.
Contoh kasus diatas hanya satu dari sekian banyak permasalahan yang
timbul akibat penjajahan era-modern. Penjajahan era-modern ini memang tak lagi
mengedepankan kontak fisik, namun kerugian yang diakibatkanya bisa lebih parah
dari sekedar tubuh yang tersayat. Karena dampak kerugiannya tidak hanya
dirasakan generasi masa kini, secara kontinu bisa berdampak pula pada generasi
penerus. Tidak bisa dibayangkan bilamana anak cucu kita nantinya tidak sebegitu
tangguh dalam berjuang, tidak mampu lagi menjadi pemeran utama aktor kehidupan
hanya sebagai penonton yang duduk manis dalam buaian, bahkan mungkin sampai
pada titik dimana generasi yang akan datang takut untuk sekedar bermimpi
mencapai keinginan.
Bergerak Melangkah..
Damai, tenang, dan menenangkan merupakan keinginan bersama baik
pribadi yang merindukan rasa nyaman di "rumah"-nya sendiri.
Keistimewaan alam Indonesia menjadikannya seperti "serpihan surga".
Ingin rasanya merasakan keistimewaan ini, karena sudah barang tentu semua ini belum
tentu ditemukan ditempat lain. Siapa yang tak ingin singgah menjamah keindahan
pantai gili trawangan yang menghampar? Jiwa siapa yang tak teduh saat pribumi
menyapa dengan santun dan ramah nan jauh dari kata sangar? Hati mana yang tak
rindu mencicipi masakan kaya rempah bila dipadukan sambal terasi tak ada rasa
penawar? Pujangga mana yang mampu merangkai keberagaman budaya nusantara yang
tersebar? Musikus mana yang tak bergoyang saat alunan nada dangdut mulai
terdengar? Arjuna mana yang tak tergoda saat melihat gadis asli Indonesia
menebar rona senyum yang berbinar? Gadis pesisir madura misalnya..#eh..
Pemilihan Presiden sebagai puncak pesta demokrasi pada pemilu kali
ini menyajikan persaingan dua pasang kandidat capres dan cawapres.
Prabowo-Hatta pasangan kandidat nomor satu akan bersaing mengahadapi pasangan
Jokowi-JK. Kedua-duanya pasangan ini merupakan patriot bangsa yang akan
bersaing meraih suara terbanyak. Yang perlu diperhatikan dan digaris bawahi
justru siapa-siapa orang yang berada dibalik layar masing-masing kubu. Sangat
mungkin "ada udang dibalik batu", ada pihak asing yang menyusup
dengan dalih mendukung kubu capres tertentu namun tujuannya adalah ingin
menguras kekayaan Indonesia. Istilahnya mereka (pihak asing) berani bertaruh investasi
dana dukungan 1-2 Triliun demi ribuan Triliun yang didapat dari Indonesia.
Sebagai catatan di lapangan, penulis menemukan fakta bahwa adanya tim dari
salah satu kubu menggelontorkan dana 200 juta dalam misinya men-survei pemilih
di satu kecamatan. Sedangkan dari data Kemendagri terdapat 9664 kecamatan di
seluruh Indonesia, bisa dibayangkan berapa dana yang dikeluarkan hanya sekedar
men-survei? 1,9328 Triliun. Jumlah itu belum termasuk embel-embel lainnya
seperti spanduk, poster, dll. Dan Jika diperhatikan tidak mungkin dana sebesar
itu didapat dari sumbangan kader padahal dipemerintahan sebelumnya hanya
sebagai oposisi. Subhanallah !!
Tentu
kita mengharap dalam doa agar semua keistimewaan ini bisa dirasakan manfaatnya
oleh "pemilik rumah", kalaupun ada tetangga yang ingin merasakan
hanya boleh mencicipi bukan menguasai !! Mulai dari sekarang Meyakinkan diri
sendiri bahwa Indonesia Bisa Mandiri !! Tidak latah dengan modernisme dan tetap
mencintai budaya kearifan lokal. Semoga siapapun presiden terpilih nantinya
adalah yang terbaik, yaitu presiden yang mengerti Pancasila dan Bhineka Tunggal
Ika bukan presiden milik Amerika. Wallahu a'lam bi as-Showab..



No comments:
Post a Comment