Malam
ini, saya dan tentunya semua mata tertuju pada debat kedua dari 5 debat yang
dicanangkan oleh KPU guna pemilihan presiden ini. Debat yang bertemakan ekonomi
ini dimoderasi oleh prof Erani, salah satu guru besar dari universitas
Brawijaya. Debat yang dibagi kedalam 6 sesi ini hanya diikuti oleh calon
presiden tanpa didampingi oleh para calon wakil presiden yang notabene adalah
“expert” mengenai hal terkait.
Debat
kali ini memposisikan calon presiden nomor urut 2 sebagai pemain pertama
sedangkan Prabowo pemain kedua. Jokowi dipersilahkan menyampaikan visi serta
misinya dalam pembangunan Indonesia, ia membuka percakapannya dengan apik.
Yakni dengan mengisahkan pengalaman blusukannya hingga ke Sumatera sana. Dia
menekankan, kemajuan ekonomi negeri ini adalah dengan cara berdiri diatas kaki
sendiri atau berdikari. Sedangkan prabowo memaparkan visi serta misinya dengan
lebih taktis, yakni mengemukakan ekonomi kerakyatan dimana aliran dana yang
mengalir vertikal ke atas (daerah ke pusat) nantinya akan berbalik dari atas ke
bawah seperti halnya air yang mengalir dari hulu ke hilir. Pendukung dari kedua
belah kubu pun memperlihatkan semangat mereka dengan meneriakkan nama
masing-masing jagoan setelah moderator menyudahi sesi pertama ini.
Sesi
kedua memperlihatkan kepanjangan dan kelanjutan dari visi-misi yang dibawa oleh
para calon presiden. Kali ini prabowo mendapatkan kesempatan berbicara, ia
menyebutkan bahwa dalam pembangunan ekonomi dewasa ini, ia tidak akan emnutup
kesempatan bagi para investor asing untuk masuk namun ia akan mengevaluasi
serta mengurangi investasi dari luar bila tidak menguntungkan rakyat dan
negara. Jokowi juga menekankan bahwasanya bila ia terpilih menjadi presiden
maka sesuai dengan tema pembangunan ekonomi kali ini, ia akan memulai mengurusi
hal-hal yang kecil seperti halnya PKL, ia akan mengusahakan space bagi PKL
untuk berjualan di dalam kota. Ia juga menekankan bahwa setiap sesuatunya akan
baik bila diatur secara elektrik semisal e-audit, dan e-e yang lainnya.
Sesi
ketiga diisi oleh pertanyaan dari moderator yang notabene adalah profesor yang
membidangi pembangunan ekonomi. Sang moderator bertanya mengenai kemiskinan dan
pengangguran yang menjadi masalah besar di negeri ini. Jokowi menjawab bahwasanya
kemiskinan yang ada di Indonesia seyogyanyalah diperlakukan dengan intensif
lewat program khusus, program inilah yang dibawa oleh Jokowi sebagai sistem.
Perubahan sistem ini diwujudkan dengan kartu Indonesia pintar yang menjamin
kesehatan serta pendidikan. Sedangkan Prabowo mengatakan untuk mengurangi
tingkat kemiskinan adalah berkonsentrasi pada pertanian, “Dengan membuka lahan
baru sebagai lahan pertanian, hal ini dapat menyerap tenaga kerja serta
mengurangi pengangguran dan kemiskinan”, ungkap Prabowo.
Debat
kedua ini mulai menarik saat memasuki sesi tanya jawab, kali ini moderator
bertugas menanyakan kelanjutan dari sesi ketiga mengenai kemiskinan dan
pengangguran, Prabowo menambahkan bahwasanya investasi yang dimiliki negara
adalah banyak namun mengalami kebocoran ke luar, dalam arti pihak asing.
Prabowo menekankan Big Push Strategy dimana produktifitas dan totalitas akan
terus digenjot guna mengatasi masalah yang krusial di atas. Jokowi pun menjawab
dengan lebih santun yakni bila diintisarikan adalah kesadaran. Kesadaran rakyat
untuk lebih giat bekerja dan kesadaran negara yang notabene adalah pemerintah
dalam menyokong para pekerja.
Sesi
kelima merupakan sesi yang menurut saya prinadi paling menarik untuk diulas,
dimana tiap calon diberikan kesempatan bertanya kepada calon lainnya. Hal ini
berpotensi untuk mengangkat elektabilitas serta pilihan rakyat dalam pemilu 9
Juli mendatang. Jokowi diberikan kesempatan untuk bertanya pertama, ia
menanyakan perihal DAU (Dana Alokasi Umum) serta DAK (Dana Alokasi Khusus) yang
lantas dijawab degan tegas oleh Prabowo bahwa peningkatn DAU dan DAK
membutuhkan uang sedangkan uang negara sedang bocor. “Bocor” inilah yang
seakan-akan menjadi trending topic di media sosial karena kerapkali diungkapkan
oleh calon yang mengenakan lencana merah tersebut. Berganti Prabowo yang
menanyakan perihal pertumbuhan ekonomi kepada Jokowi, ia menekankan pada proses
perijinan. Dengan perijinan yang mudah, maka produktifitas akan meningkat.
Jokowi memiliki keinginan besa untuk mengadakan perijinan Online guna
mempermudah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Pertanyaan
selanjutnya dilontarkan oleh Jokowi kepada Prabowo terkait devisit yang dialami
negara, dan untuk kesekian kalinya Prabowo mengulas sumber devisit yang
berujung pada kisah kebocoran keuangan negara. Sebaliknya, Jokowi menjawab
bahwa ia sepakat dengan pendidikan wajib 12 tahun guna pembangunan manusia
serta menjelaskan dan menguraikan persentasi pengetahuan dan akhlak dalam
jenjang pendidikan dasar hingga menengah atas, atas pertnyaan Prabowo mengenai
pendidikan.
Pertanyaan
Jokowi selanjutnya adalah optimalisasi pengendalian inflasi oleh TPID yang
membuat Prabowo sedikit bingung mengenai akronim TPID. TPID adalah Tim
Pengendali Inflasi Daerah, Prabowo akhirnya menjaawab dengan singkat bahwa hal
tersebut adalah tanggung jawab kepala daerah. Pertanyaan Jokowi tersebut
menjadikan pukulan yang dapat di-smash oleh Prabowo. Pertanyaan tersebut
berhasil menjatuhkan kedua kubu. Dalam hal ini penulis melihat bahwasanya
pendukung Jokowi tentu bersorak kegirangan karena Prabowo tidak memahami
akronim TPID, lantas pihak Prabowo tentu menertawakan Jokowi atas pertanyaan
yang seakan salah kamar tersebut. Giliran Prabowo yang menanyakan visi misi
Jokowi terhadap pembangunan infrastruktur, Jokowi mengatakan akan membuat tol
laut yang nantinya akan memperlancar arus barang dan menjaga stabilitas harga,
selain itu mengadakan transportasi darat berupa kereta api tidak hanya di pulau
Jawa.
Memasuki
tanya jawab beserta tanggapan, Jokowi
yang merupakan pemain pertama menanyakan Prabowo mengenai ekonomi kreatif.
Prabowo dengan nada agak memelan dari biasanya menjawab bahwa ekonomi kreatif
dibangun oleh orang-orang terdidik lewat pendidikan yang mampu memacu
kreatifitas sehingga mampu bersaing dengan pihak-pihak asing. Selepas menjawab,
Jokowi memberikan feed-back kepada Prabowo terkait pengembangan IT di
Indonesia. Jokowi sendiri menyatakan bahwa pengembangan It ini memerluka ruang,
dengan santainya Prabowo menjawab bahwa ia sejalan dengan Jokowi. Di tengah
pembicaraan pun Prabowo sempat mengucap maaf pada timnya karena kali ini ia
tidak sepakat pada mereka, namun sejalan dengan ide Jokowi.
Kali
ini Prabowo menanyakan Indonesia dalam Asean Community atau yang lebih dikenal
dengan AFTA, Asean Free Trade Association. Dengan AFTA tentu arus perekonomian
menjadi lebih cepat, lantas bagaimana tanggapan Jokowi?. Jokowi menanggapi
dengan gaya santai khasnya bahwa dengan AFTA, pemerntah harus mampu mendorong
keluar dan mencega masuknya orang-orang dari negara tetangga nantinya.
Jokowi
melontarkan pertanyaan kembali kepada Prabowo perihal kucuran dana sebesar
1M/desa/tahun. lantas dijawab oleh Prabowo bahwa 1M adalah nilai minimal dan
hal inilah yang ia perjuangkan selama 7 tahun. jokowi pun mengambil kesempatan
dengan menyatakan bahwa kucuran tersebut termaktub dalam UU Desa 2014 dan bukan
hasil dari Prabowo, hal ini ditanggapi prabowo bahwa tidak masalahnya siapa
sumbernya yang penting dana 1M dapat masuk desa. Pertanyaan terakhir adalah pertanyaan Prabowo
terhadap Jokowi perihal kontrak asing, dimana dapat diketahui bersama bahwa
banyak perusahaan asing yang mengeruk kekayaan Indonesia. Jokowi menegaskan
bila kontrak merugikan, maka disudahi saja.
Sekilas,
debat ini mearik bagi saya yang awam perihal ekonomi. Namun setelah saya
sedikit berdiskusi dengan seorang teman dengan latar belakang ekonomi, ia
mengatakan bahwa kedua belah kandidat memunculkan banyak spekulasi. Banyak
jawaban mengambang sana-sini. Kandidat hanya mahir berkata tanpa banyak esensi
yang didapat perihal perekonomian Indonesia.
Yah,
yang expert perihal ekonomi memang para wakil mereka. Mari berdoa, kata-kata
mereka bukanlah mimpi semata. Mari bersama wujudkan keinginan kita. Selamatkan
Indonesia!!


No comments:
Post a Comment